“Penguasa segala dunia menciptakan api suci Sammun. Dari api ini Beliau menciptakan sesosok makhluk untuk kemudian dinaikkan ke surga tertinggi dan hidup sebagai malaikat. Dinamai-Nya makhluk ini, Azazil. Diwajibkan atas malaikat-malaikat yang diciptakan setelahnya untuk mengikuti, karena ia adalah imam mereka”
Potongan di atas merupakan tafsir dari ahli kitab Muslim abad ke-18 bernama Abdul Al-Wahhab, yang anaknya kemudian mengembangkan Islam aliran Wahhabi. Abdul Al-Wahhab sendiri merupakan keturunan Bani Tamim, yang jika dirunut akan kembali ke Abu Bakar As-Siddiq, sahabat Rasulullah SAW sendiri. Ini merupakan bukti bahwa walaupun tidak pernah disebutkan dalam Al-Qur’an, nama Azazil pernah disebut oleh Rasulullah. Hassan Al-Basri yang kemudian menerangkan kalau setelah dilaknat oleh Allah, Azazil kemudian dikenal sebagai Iblis.
Jauh sebelum zaman Rasulullah, nama Azazil muncul di buku ketiga dari 5 kitab Taurat, yakni buku Leviticus. Dalam yang diturunkan kepada nabi Musa ini, penyebutan nama Azazil berkenaan dengan Hari Penebusan, yang juga memiliki multitafsir. Hari Penebusan, yang menurut ajaran Yahudi disebut Yom Kippur, adalah hari dimusnahkannya semua makhluk dimana Azazil menjadi makhluk terakhir yang akan dimatikan oleh Tuhan.
Menurut ajaran Kristen Adventist Hari Ketujuh, Azazil disebut sebagai Azazel, yang disamakan dengan Satan. Dikatakan bahwa pada hari kiamat, Azazel akan menanggung dosa dari semua kaum Yahudi sebelum mereka semua menjalani penebusan dan diperkenankan memasuki surga.
Terlepas dari agama Semit mana yang mengajarkan tentang Azazil, namanya jelas ditemukan pada dokumen sejarah yang ditemukan di Qumran. Para arkeolog berasumsi kalau dokumen ini berasal dari zaman Yahudi karena banyak mencatat tentang Bani Ibrahim, mulai dari awal persebaran ajarannya hingga ke akhir hayatnya yang diyakini sebagai Yom Kippur. Dari buku-buku inilah serpihan-serpihan kisah tentang Azazil disatukan.
Etimologi
Kata Azâzîl terdiri atas al-‘azâz yang berarti 'hamba' dan al-îl yang berarti 'Allah'. Kata al-‘azâz berasal dari al-‘izzah yang berarti kebanggaan atau kesombongan. atau dapat diartikan sebagai mahluk yang membawa kesombongannya milik Allah Dinamakan demikian karena ia tercipta dari api.
Kisah Seutuhnya
Azazil tidak langsung diciptakan untuk menjadi imam dari para malaikat. Ia harus membuktikan pengabdiannya kepada Tuhan terlebih dahulu, dan harus berkompetisi dengan malaikat lainnya, termasuk malaikat Ridwan. Demi pembuktian dirinya, Azazil berusaha keras untuk selalu beribadah, dan Tuhan pun menganugerahkan penghargaan atas setiap pencapaiannya dengan mengizinkannya untuk naik ke surga yang setingkat di atasnya. Azazil mendapat gelar yang berbeda-beda seiring dengan surga yang dimasukinya.
§ Surga Pertama (Ar-Rafii’ah)
Al-Abid yang artinya ahli ibadah
§ Surga Kedua (Al-Maa'uun)
Ar-Raki yang artinya ahli ruku
Ar-Raki yang artinya ahli ruku
§ Surga Ketiga (Al-Maziinah)
As-Saajid yang artinya ahli sujud
As-Saajid yang artinya ahli sujud
§ Surga Keempat (Az-Zahirah)
Al-Khaasyi yang bermakna senantiasa merendah dan takluk kepada penciptanya
Al-Khaasyi yang bermakna senantiasa merendah dan takluk kepada penciptanya
§ Surga Kelima (Al-Muniirah)
Al-Qaanit yang artinya selalu ta'at
Al-Qaanit yang artinya selalu ta'at
§ Surga Keenam (Al-Khaliishah)
Al-Mujtahid yang bermakna bersungguh-sungguh dalam beribadah
Al-Mujtahid yang bermakna bersungguh-sungguh dalam beribadah
§ Surga Ketujuh (Al-Ajiibah)
az-Zahid yang berarti sederhana
az-Zahid yang berarti sederhana
Setelah berhasil membuktikan bahwa dirinya merupakan hamba Tuhan paling setia dengan pengabdian paling besar, barulah Tuhan memberinya gelar Sayidul Malaikat dan Khazinul Jannah. Dia telah berhasil membuktikan bahwa dirinya merupakan monoteis sejati yang hanya akan menyembah Tuhan, dan tiada selain Dia.
Rupanya Tuhan berkata lain. Dia menguji kesetiaan Azazil melalui penciptaan manusia. Usai menciptakan Adam, Tuhan memerintahkan kepada Azazil untuk menyembahnya, dengan dalih bahwa manusia merupakan makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan-Nya. Setelah melalui ujian berat menaiki 7 tingkat surga demi membuktikan kesetiaannya, Azazil tentu tidak mudah untuk langsung menyembah selain Tuhan. Dia pun menolak, lalu seketika itulah Tuhan melaknat Azazil, tubuh malaikatnya serta-merta berubah menjadi tubuh setan, dan namanya berganti menjadi Iblis. Sebagai hukuman atas ketidak-patuhannya, Tuhan mengirim Iblis ke dunia. Hingga kini, lokasi dimana Azazil diturunkan dikenal sebagai Jabal Muntar, yang lokasinya berada tidak jauh dari Jerusalem.
Di dunia, Iblis berkembang biak menjadi banyak dan tak lama menjadi bangsa setan. Ia pun mengutus salah satu keturunannya untuk menggoda Adam agar memakan buah Khuldi. Iblis tahu bahwa jika Adam maupun Hawa memakan buah tersebut, mereka akan dilaknat dan diasingkan ke dunia. Peristiwa bersejarah itupun terjadi, kedua manusia tersebut memakan buah terlarang dan dikirim ke dunia. Sebelum mereka tiba di dunia, Iblis telah terlebih dahulu mengetahui dimana mereka akan mendarat. Iblis berfikir bahwa untuk memusnahkan kedua manusia tersebut dengan cara menjadikan tempat mereka mendarat menjadi sebuah tanah yang tandus yang tak mungkin dihidupi. Daerah yang disebut sebagai Padang Arafah yang tadinya merupakan padang rumput yang asri dengan pepohonan dan sungai pun dibakar dengan menggunakan api dari tubuh Iblis, mengingat dia memang diciptakan dari api Sammun. Padang Arafah berubah menjadi padang pasir yang gersang dan tandus.
Renungan Hari Ini
Sepintas tampaknya tidak adil bagi Azazil. Justru karena kesetiaannya sebagai monoteis yang tidak mengizinkannya untuk menyembah selain Tuhan, dia malah dihukum sepanjang masa hingga Hari Akhir. Apakah Tuhan malah mendukung politeisme, dimana umat menyembah selain diri-Nya? Mengapa Azazil, yang hanya berbuat satu kesalahan, yang bahkan mungkin tidak bisa disebut sebagai sebuah kesalahan, langsung dilaknat Tuhan, sementara kita manusia yang berbuat kesalahan berulang-kali masih dibiarkan hidup dan berkeliaran di muka bumi? Apakah Tuhan telah berbuat kesalahan?
Dimana letak keadilan-Nya? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin bisa menjadi bahan renungan untuk kita semua.
@putrafara 5.9.2011 21.54