Sakit kepala adalah salah satu kelainan yang paling sering dialami. International Headache Society (Komunitas Sakit Kepala International) mengklasifikasikan migrain sebagai sakit kepala primer (karena penyebab tidak diketahui), dengan atau tanpa disertai aura. Aura adalah gengguan sistem syaraf yang dapat menyebabkan sensasi cahaya berkelap-kelip, kemilau, atau dalam bentuk garis-garis bergelombang – bahkan kehilangan penglihatan sama sekali. Dapat pula di sertai perasaan kemeng, lesu, gangguan bicara, pusing atau vertigo. Gejala-gejala ini timbul setelah 5 sampai 20 menit dan dapat berhtahan hingga satu jam. Nyeri kepala seringkali menyusul, dan bertahan antara 4 sampai 72 jam. Migrain disertai aura disebut juga ‘migrain klasik’ dialami oleh 1/3 dari keseluruhan penderita migrain. Sisanya yang 2/3 merupakan penderita ‘migrain biasa’ yang menunjukkan gejala sebagai berikut:
· Sakit kepala sebelah (kadang-kadang kedua sisi)
· Berdenyut kencang
· Intensitas sedang hingga kuat
· Mengganggu aktivitas sehari-hari
· Sering disertai mual atau muntah
· Diperparah oleh cahaya atau suara keras
Migrain merupakan penyakit bawaan dan memiliki peluang tiga kali lebih besar untuk terjadi pada wanita dari pada pria. Meskipun proses perkembangannya migrain itu sendiri belum dapat dijelaskan secara pasti, telah diketahui bahwa ada pemicu tertentu yang menyebabkan perubahan pada aktivitas otak. Hal ini mempengaruhi pembuluh-pembuluh darah kecil, yang tadinya sempit untuk mengembang. Stimulasi syaraf pada pembuluh-pembuluh darah kecil inilah yang mengakibatkan rasa nyeri di kepala. Wanita yang sering mengalami migrain klasik memiliki resiko strke lebih tinggi, sehingga mereka perlu memperhatikan tekanan darahnya dan menghindari merokok ataupun penggunaan kontrasepsi per oral.
Umumnya gejala migrain reda setelah istirahat dan konsumsi obat pereda nyeri sederhana seperti paracetamol, aspirin atau ibuprofen. Obat-obatan anti-mual juga dapat membantu. Ada juga obat yang belakangan ini ditemukan dapat mengurangi gejala yang dikenal dengan nama triptan, yang bekerja dengan cara mengubah susunan zat kimia dalam otak. Obat ini bekerja baik jika dikonsumsi pada awal episode, atau bahkan sebelum nyeri timbul jika didahului aura. Triptan dapat menyebabkan potensiasi jika digunakan bersamaan dengan obat lain, termasuk antidepresan. Latihan relaksasi rutin harian seperti meditasi atau yoga sangat membantu disini, bahkan terkadang mengurangi kebutuhan akan obat.
Beberapa orang yang sering mengkonsumsi obat pereda nyeri (khususnya kodein dan triptan) untuk mengatasi migrain memiliki resiko terjadinya efek withdrawal –‘medication-overuse headache’ (sakit kepala akibat konsumsi obat-obatan berlebihan). Sakit kepala ini dirasakan paling parah ketika pengaruh dosis obat terakhir habis – biasanya dini hari. Dapat pula disertai rasa lemah, mual, insomnia, sensitisasi dan kehilangan ingatan. Dalam kondisi demikian, obat harus dikurangi secara perlahan dan hati-hati. Nyeri yang dirasakan di kepala dapat menjadi lebih parah sebelum akhirnya membaik.
Jika migrain timbul dalam frekuensi yang cukup sering, ada bermacam-macam metode preventif yang dapat diterapkan. Membuat catatan atau ‘jurna sakit kepala’ yang terjadi dalam selang waktu beberapa bulan akan membantu penderita serta dokter untuk menentukan apakan pengobatan benar-benar dibutuhkan. Jurnal tersebut mencatat juga waktu dan derajat keparahan sakit kepala, siklus menstruasi pada wanita dan detil mengenai pemicu (misalnya makanan yang dimakan, pola perubahan cuaca atau kejadian yang menyebabkan stress). Jurnal tersebut akan membantu melihat perbaikan dari perawatan yang dilakukan.
Walaupun migrain sangat mengganggu, terdapat banyak perawatan yang tersedia untuk menanggulanginya. Dokter anda akan membantu mencari solusi terbaik dari masalah anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar